Header Ads

ads header

Breaking News

Menghindari Akhlak Tercela (Bagian 2) | Ujub, Takabbur dan Riya

 


| Dok. MAN Alor |
Pertemuan kedua

Ujub

Dalil Naqli 

Rasulullah Saw. bersabda yang:

 

ثَلاَ ثٌ مُهْلِكَاتٍ شُحٌ مُطَاعٌ وَهُوًى مُتَبَعٌ وَاِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِه


Tiga perkara yang membawa kepada kehancuran: pelit, mengikuti hawa nafsu, dan suka membanggakan diri. “(HR. ath-Thabari, hadits Hasan).


Pengertian Ujub

Secara bahasa (etimologi), ’Ujub, berasal dari kata ajaba yang artinya kagum, terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bin-Nafs  berarti kagum pada diri sendiri. Yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.

Secara istilah dapat kita pahami bahwa ’ujub yaitu suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu berlebihan kepada kemampuan diri.

Imam Ghozaly menuturkan, “Perasaan ’ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaan kepada Allah.” Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu? Allah berfirman :

لِلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا فِيهِنَّۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرُۢ ١٢٠


Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Maidah : 120)

Dengan demikian hakikat ujub adalah membanggakan diri atas kenikmatan yang ia dapati dengan melupakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah.

 

Sebab-sebab Ujub

  1. Banyak dipuji orang.
  2. Banyak meraih kesuksesan.
  3. Memiliki Kekuasaan.
  4. Memiliki kesempurnaan fisik.
    Dampak Negatif ujub
  1. Ujub akan membawa ke arah kesombongan (kibar)
  2. Meremehkan dosa dihadapan Allah, karena merasa ibadahnya sudah sempurna.
  3. Melupakan nikmat itu pemberian dari Allah karena merasa bahwa keberhasilannya adalah  hasil usahanya sendiri bukan pemberian Allah
  4. Enggan menerima nasehat orang lain karena menganggap orang lain lebih bodoh.

Cara Menghindari ujub

  1. Selalu mengingat akan hakikat diri. Nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah dari Allah. Andaikata Allah tiba-tiba mengambilnya, maka badannya tidak ada harganya sama sekali.
  2. Sadar akan hakikat dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat menanam amal shaleh untuk kebahagiaan di akhirat.
  3. Menyadari bahwa sesungguhnya nikmat itu pemberian dari Allah, bukan semata-mata hasil usahanya. Ilmu, harta, kesehatan semua itu hanyalah titipan dari Allah
  4. Selalu ingat akan kematian dan kehidupan setelah mati

 

Takabbur/Sombong


Dalilnya

Islam melarang dan mencela sikap sombong. Allah berfirman:

وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ ١٨


“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.(Luqman : 18).


Pengertian Takabur

Sombong (takabur) artinya adalah membanggakan diri sendiri. ”Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR. Muslim).


Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin dalam bukunya, ”Halal Haram dalam Islam”, mencontohkan beberapa sikap sombong, diantaranya membantah guru, memperpanjang pembicaraan, serta menunjukkan adab buruk kepadanya. Sombong itu merupakan anak dari ujub, akar dari sombong itu adalah ujub. Jadi, ujub itu melahirkan sombong. Terdapat perbedaan antara ujub dengan sombong. Adapun Ujub tidak memerlukan orang lain, sedangkan sombong membutuhkan orang lain sebagai pembandingnya.

Sebab-sebab sombong

  1. Merasa apa yang diucapkan benar, sehingga menganggap orang lain salah
  2. Gila pujian. Jika mengetahui banyak orang memujinya, ia girang bukan main dan bertambah keangkuhannya.
  3. Merasa banyak ilmu, banyak harta. Namun lebih fatalnya, ada orang tidak kaya tetapi dia bersikap sombong.

Rasulullah Saw. bersabda: orang fakir yang berlaku sombong termasuk orang-orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah juga tidak akan menyucikan, tidak akan memandang mereka , dan bagi mereka azab yang pedih.” (HR. Muslim)

Dampak Negatif  Sombong

1.    Dijauhkan teman

2.    Sulit menerima kebenaran

3.    Menjadi penghalang masuk surga

4.    Membuat orang lain membenci perilakunya

Cara Menghindari

1.    Selalu mengingat kematian

2.    Mensyukuri nikmat

3.    Meningkatkan ibadah kepada Allah

4.    Meningkatan keimanan dan ketakwaan

5.    Mengganti dengan berperilaku tawadu’

6.    Menyadari akibat yang  menimpa pada orang sombong


Riya’

Dalilnya. Firman Allah Swt  :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ... ٢٦٤

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia...”(Q.S Al-Baqarah : 264)

Pengertian Riya’

Riya’ adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena  Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.

Sebab-sebab Riya’

1.    Terlalu dikagumi orang lain

2.    Rakus akan apa yang diperoleh/ terdapat pada orang lain

3.    Ambisi mendapatkan kedudukan atau kepemimpinan

4.    Senang karena lezatnya pujian orang lain


Rasulullah saw. menegaskan bahwa riya’ termasuk kategori syirik asghar (kecil)

“ Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil. Sahabat bertanya: Apakah syirik kecil itu Rasulullah ? Rasulullah saw. menjawab: Riya’ (HR. Ahmad)

Dampak Negatif  Riya’

  1. Muncul rasa tidak puas terhadap apa yang ia lakukan;
  2. Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila hormat;
  3. Akan merasa hampa dan kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau pujian yang ia harapkan ternyata tidak ia dapatkan;
  4. Bisa menimbulkan pertengkaran apabila ia mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap orang lain.


Cara Menaggulangi Penyakit Riya’

  1. Memfokuskan niat ibadah, bahwa ibadah kita hanya untuk  Allah;
  2. Hindari sikap suka memamerkan sesuatu yang kita punya
  3. Saling menasehati dan mengingatkan jika di antara kita ada yang berperilaku riya’;
  4. Melakukan ibadah dengan khusyu’ baik di tempat ramai maupun di tempat sunyi;
  5. Senantiasa berdzikir kepada  Allah dan selalu berlindung kepada  Allah agar kita dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah.

 

Tugas 1

  1. Bekerja merupakan sarana untuk mencari rizki, namun demikian, jangan sampai terjebak kepada cinta harta secara berlebihan. Bagaimana caranya seseorang dapat terhindar dari sifat hubbuddun-ya  dan hasad ?
  2. Berprestasi, atau apapun kelebihan yang di berikan oleh Allah Swt. merupakan suatu kebanggaan. Namun demikian kebanggaan yang dicapai jangan menjerumuskan kepada perilaku ujub dan sombong. Bagaimana cara menyikapi agar perbuatan itu tidak tergolong sifat ujub dan sombong ?
  3. Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah Swt sampai selesai, namun pada akhir ibadanya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian tersebut, serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya, misalnya dengan memperoleh kedudukan di masyaraka. Bagaimana tanggapan dan komentar kalian  !

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar