BAB. IV I ETIKA BERGAUL DALAM ISLAM
KB.4 ETIKA dan ADAB BERGAUL DALAM ISLAM
Budaya di Indonesia sangatlah beragam mulai dari budaya dalam suku Jawa di pulau Jawa, Dayak di pulau Kalimantan, Minang di pulau Sumatera, Sasak di Nusa Tenggara Barat, Bali Aga di pulau Bali, Bugis di pulau Sulawesi, Asmat di Papua dan suku-suku lainnya.Contohlah saja budaya “sungkem” pada
masyarakat Jawa yang biasa dilakukan pada hari raya Idul fitri, seorang anak akan berposisi duduk
dengan bertumpu pada lutut lalu mencium tangan kedua orangtuanya. Budaya “sungkem” mencerminkan rasa
hormat dan kasih saying dalam
keluarga. Budaya “sungkem” mencerminkan bagaimana cara seorang anak memperlakukan kedua orangtuanya.
Agama Islam pun mengajarkan untuk
menghormati dan menyayangi kedua orangtua, atau bahkan lebih dari itu. Islam mengajarkan etika-etika
yang pantas dilakukan dalam pergaulan dengan kawan sebaya, adik yang lebih muda, orang yang lebih
tua, dan lawan jenis.
A. Pengertian Etika Bergaul
Etika ialah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban. Dalam Bahasa Arab, etika biasa disebut dengan adab yaitu kebiasaan atau aturan tingkah laku praktis yang mempunyai muatan baik yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut al-Jurjani, adab adalah pengetahuan yang dapat menjauhkan seseorang dari kelalaian.Sedangkan Bergaul ialah berbaur
dengan individu atau kelompok lain. Jadi yang dimaksud dengan etika bergaul adalah aturan tingkah laku untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan
sesama manusia sehingga terjalin hubungan tingkah laku yang baik antar individu. Islam mengajarkan untuk mengusahakan etika
bergaul yang baik. Seperti etika berjalan,
Islam mengajarkan kerendahan hati ketika berjalan dan menjawab sapaan dengan baik meskipun dari orang-orang
jahil. Allah Swt. berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ
هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
Artinya : “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha
Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan
di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.” (QS. alFurqān [25]: 63)
Selain Itu Islam Juga melarang untuk berbuat permusuhan.
Permusuhan Bisa terjadi Ketika perbuatan
keji, kejelekan, dan keburukan dilakukan dalam bergaul. Allah Swt. berfirman:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ
ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(QS. an-Nahl [16] : 90).
B. Macam-macam Etika Bergaul dan
Praktiknya
Dalam bergaul kita sering berinteraksi dengan orang dewasa, teman sebaya, anakanak, dan lawan jenis. Dalam interaski tersebut, kita menemukan beberapa perbedaan cara berinteraksi dengan mereka. Terkadang seseorang berkata dengan menggunakan wibawanya, terkadang pula orang akan berkata dengan riang gembira ketika bertemu dengan anak-anak. Berdasarkan segi umur lawan bicara, etika bergaul ada tiga yaitu
1. Etika bergaul dengan orang yang lebih tua.
Dalam agama Islam orang tua ada tiga yaitu, bapak dan ibu kandung, kedua mertua, dan guru.“Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Keberkahan ada pada orang-orang tua dari kalian”. [HR. Hakim dan Ibnu Hibbān)
Berikut ini adalah tujuh etika yang seharusnya dilakukan kepada orang tua menurut Imam al-Ghazali, yaitu
a. Mendengarkan dan mengikuti
arahan orang tua
b. Berdiri ketika orang tua
berdiri
c. Tidak berjalan di depan orang
tua
d. Mencari ridha kedua orang tua
e. Bersikap rendah hati kepada
orang tua
f. Tidak mengungkit-ungkit
kebaikan orang tua
g. Tidak menunjukkan sikap murung
dan tajam di hadapan orang tua
h. Sebelum pergi harus meminta izin kepada orang tua
Sedangkan etika yang seharusnya dilakukan kepada guru menurut Imam alGhazali, yaitu
a. Meminta izin ketika hendak bertanya
b. Harus menundukkan kepala
c. Tidak berburuk sangka kepada
guru
Dalam al-Qur`an, kita diajarkan untuk seyogyanya betingkah laku sebagai berikut
a. Sopan
Allah Swt. berfirman:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ
Artinya : “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (QS. Al Isrā’ [17]: 24)
b. Santun
Allah Swt. berfirman:
۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ
اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
Artinya : “Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia” (QS. Al Isrā’ [17]: 23)
c. Menolak dengan halus perintah
buruk
Allah Swt. berfirman:
وَاِنْ
جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا
تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ
مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُوْنَ
Artinya :“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqmān [31]: 15
d. Menghormati dengan penuh kasih
sayang
Rasulullah Saw. bersabda:
“Rasulullah
Saw bersabda, Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih muda, maka kau akan menemaniku
di surga”. (HR. Baihaqi)
e. Mendahulukan Orang yang Lebih
tua
Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya“Ibnu ‘Umar berkata, aku melihat Rasulullah Saw. sedang memakai siwak lalu beliau memberikannya pada orang yang lebih tua dari suatu kaum, dan beliau bersabda, “Sesungguhnya Malaikat Jibril memerintahkanku untuk mendahulukan yang lebih tua. (HR. Ahmad dan Baihaqi)
2. Etika bergaul dengan teman sebaya
Teman sebaya adalah orang yang bersama-sama karena adanya kesetaraan umur. Sebelum berbicara tentang bagaimana cara memperlakukan teman sebaya denganbaik, kita sebaiknya memilih
teman. Pemilihan teman ini bukan berarti memusuhi teman yang tak termasuk pada pilihan terbaik melainkan tetap
berteman kepada siapa saja namun
dengan prioritas yang berbeda. Bagaikan wanginya aroma bunga akan
didapatkan bila berteman dengan penjual bunga dan tak mungkin dengan penjual daging. Menurut Imam al-Ghazali, kita harus memperlakukan teman sebaya
dengan sembilan cara, yaitu
a. Mengutamakan kepentingan teman
dari dirinya
b. Menutup aib teman
c. Mendengarkan teman ketika
berdiskusi
d. Menghindari perdebatan yang
tidak penting
e. Memanggil dengan panggilan
yang baik
f. Memberikan nasihat yag baik
g. Mendoakan sahabat ketika masih
hidup atau sudah meninggal
h. Menyapa ketika bertemu
i. Menyukai teman dengan tulus
Dalam al-Qur`an, kita diajarkan
untuk seyogyanya betingkah laku sebagai
berikut
a. Tolong-menolong
Allah Swt. berfirman:
...
وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ
اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al
Maidah [5]: 2)
b. Berkata baik
Allah Swt. berfirman:
وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ
الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا
مُّبِيْنًا
Artinya : “Dan
Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar).
Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan
di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. (QS. Al Isrā’ [17]:
53)
c. Menjaga persaudaraan
Allah Swt. berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ
اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin
itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselilih) dan bertakwalah kepada
Allahagar kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-Hujurāt [49]: 10)
3. Etika bergaul dengan orang yang lebih muda
Orang yang lebih muda adalah
orang yang berumur lebih muda dari kita, bisa anak, adik kandung, adik kelas, dan lain sebagainya. Sebagai
seseorang yang lebih tua, kita
seharusnya memperlakukannya dengan cara
a. Menyayangi orang yang lebih
muda
b. Membimbing kepada arah
kebaikan
c. Memberikan teladan yang baik
d. Memberikan apresiasi atas
pencapaian berharganya
Dalam al-Qur`an, kita diajarkan untuk seyogyanya betingkah laku sebagai berikut
a. Menasehati ke arah kebajikan
Rasulullah Saw. bersabda:
“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu semua yang mampu (menikah), maka menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena hal itu sebagai perisai”.(HR. Muttafaq’alaihi)
b. Menyayangi mereka dengan tulus
Rasulullah Saw. bersabda:
“Rasulullah SAW bersabda, Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih muda, maka kau akan menemaniku di surga”. (HR. Baihaqi)
Sedangkan segi gender, etika bergaul ada 2 yaitu etika bergaul dengan sesama jenis dan dengan lawan jenis. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam beretika pada sesama maupun lawan jenis, yaitu
a. Bersahabat karena Allah
Rasulullah SAW bersabda:
“Ada
tiga perkara, barangsiapa yang terdapat padanya ketiga hal tersebut, maka akan merasakan lezat (manisnya) iman:
“Jika ia mencintai Allah dan rasulnya melebihi yang lainnya; Mencintai dan membenci semata-mata hanya
karena Allah; Jika dilemparkan
ke dalam api neraka yang menyala-nyala, lebih disukai daripada syirik (menyekutukan) Allah”. (HR. Muslim)
b. Menjaga Aurat
Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا
النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ
عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا
يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Artinya :“Hai Nabi,
Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Aḥzāb [33]: 59).
c. Menjaga Kemaluan
Allah Swt berfirman:
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا
فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ
“Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. an-Nūr [24]: 30)
C. Pentingnya Etika Bergaul
Etika bergaul sangatlah penting
dalam agama Islam. Hal ini dikarenakan dalam etika bergaul terdapat dalam salah satu dari unsur Islam, Iman dan
Ihsan. Etika bergaul merupakan
praktik dari ajaran Islam dan bukti akan keyakinan terhadap agama Islam. Itu semua tidak bisa dipisah-pisahkan. Salah
satu buktinya adalah perihal yang digambarkan dalam al-Qur’an. Allah
Swt. berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ
هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
Artinya :“Dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan.” (QS. alFurqā [25]: 63)
Selain Itu Islam Juga melarang untuk berbuat permusuhan. Permusuhan Bisa terjadi Ketika perbuatan keji,
kejelekan, dan keburukan dilakukan dalam bergaul. Allah Swt. berfirman:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ
ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl [16]: 90)
Dua dalil di atas menunjukkan
pentingnya etika bagi manusia. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu menjaga dan mewariskannya agar mendapatkan
kedudukan yang mulia di sisi Allah
dan Rasul-Nya serta manusia. Dalam Islam telah menjelaskan bahwa dampak posirif dari beretika baik adalah
mendatangkan kecintaan dari manusia. Allah Swt. berfirman:
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ
اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya ; “Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut, terhadap mereka. Seandainya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu” (QS. Āli Imrān [3]: 159).
Kemudian etika bergaul ini
penting karena jika manusia beretika yang benar niscaya ia dapat menyelamatkan dirinya dari pikiran dan perbuatan
yang buruk dan keji dan ia akan
memiliki hubungan yang baik antar sesama manusia.
Tidak ada komentar