KB 4. UKHUWWAH ( Persaudaraan )
Manusia diciptakan di muka ini dengan berbagai macam perbedaan; baik itu dari suku bangsa, agama, bahasa, budaya, serta perbedaan lainnya. Dari perbedaan tersebut, terkadang menimbulkan perselisihan di antara manusia. Namun sejatinya, perbedaan tersebut tidak untuk memicu perpecahan di antara mereka. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa perbedaan ada untuk tujuan Ukhuwwah Islamiyyah dan persatuan.
1. Pengertian Saling Bersaudara (Ukhuwwah)
Kata ukhuwwah berasal dari kata akhun berarti saudara. Kata ukhuwwah secara bahasa berarti persaudaraan.
Secara istilah ukhuwwah adalah sikap terpuji di mana menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap orang lain.
Allah Swt. berfirman:
اِنَّمَا
الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselilih) dan bertakwalah kepada Allahagar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurāt [49]: 10)
2. Ukhuwwah dalam Islam
Ukhuwwah dalam Islam sangatlah esensial, bahkan jika ada perselisihan kita diperintahkan untuk mendamaikannya bukan memperkeruh suasananya. Ukhuwwah dalam al-Qur`an diperkenalkan beberapa macam, yaitu:
1. Persaudaraan senasab, seperti pada ayat yang berbicara tentang
kewarisan atau keharaman mengawini orang-orang tertentu. Lihat Surah an-Nisā
[4]: 11.
2. Persaudaraan sekeluarga yaitu persaudaraan yang dijalin oleh
ikatan keluarga seperti doa nabi Musa a.s. dalam al-Qur`an. Lihat Surah Thāhā
[20]: 29-30.
3. Persaudaraan sebangsa walau tidak seagama. Lihat Surah al-A’rāf
[7]: 65
4. Persaudaraan semasyarakat walaupun berselisih paham. Lihat
Surah Shād [38]:
5. Persaudaraan seagama. Lihat Surah Al-Hujurāt [49]: 10
6. Persaudaraan sekemanusiaan. Al-Qur`an menyatakan bahwa sesama
manusia diciptakan oleh Allah dari Adam dan Hawa. Lihat Surah Al-Hujurāt [49]:
13
7. Persaudaraan semakhluk dan sehamba kepada Allah. Lihat Surah
al-An’ām [6]:38.
Secara ringkas persaudaraan Menurut Quraish Shihab
bukan hanya dilihat dari keturunan akan tetapi juga kesamaan suku, bangsa,
agama, dan tanah air agar
terciptanya keharmonisan hubungan manusia. Beliau membagi ukhuwwah
dalam empat macam, yaitu
1. Ukhuwwah fi al-‘Ubūdiyyah. Persaudaraan kemakhlukan dan
ketundukan kepada Allah. Semuanya adalah saudara karena merupakan ciptaan
Allah.
2. Ukhuwwah fi al-Insāniyyah/Basyariyyah. Persaudaraan dari
seluruh manusia karena berasal dari satu ayah dan ibu yaitu Adam dan Hawa.
3. Ukhuwwah fi an-Nasab wa al-Wathaniyyah. Persaudaraan yang
dijalin karena kesamaan dalam keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuwwah fi ad-Dīn al-Islāmiyyah. Persaudaraan yang dijalin
karena persamaan agama Islam. Ukhuwwah ini harus diorientasikan pada delapan prinsip
pokok, yaitu
a. Akidah yang disimpulkan dalam kalimat syahadat
b. Toleransi dalam perbedaan
c. Saling menolong antar sesama
d. Sikap seimbang antara semua bidang
e. Bersikap sederhana dan tidak memihak
f. Integritas dan konsolidasi di semua bidang
g. Memandang Islam sebagai rahmat seluruh alam
h. Membentuk masyarakat yang madani
3. Membiasakan Berperilaku Ukhuwwah dalam Kehidupan Sehari-hari
Setelah mengetahui sikap ukhuwwah dalam Islam. Kita dituntut untuk
bersikap ukhuwwah. Sebagai contoh sikap
ukhuwwah dalam Islam yaitu peristiwa ketika Rasulullah mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar agar saling tolong-menolong antar saudara dan menjalin
persatuan umat Islam serta menjadi pondasi dasar membangun negara.
Adapun untuk mencapai nikmatnya persaudaraan baik sesama manusia, bangsa,
atau pun agama, ada beberapa proses terbentuknya persaudaraan ini, yaitu
a. Melaksanakan saling mengenal (Ta’arruf)
Ta’aruf ialah usaha saling mengenal sesama manusia. Usaha ini merupakan
wujud implementasi dari perintah Allah untuk saling mengenal.
Usaha ini meliputi mengenali fisik, pemikiran, dan kejiwaan.
Dengan usaha pengenalan tiga hal tersebut, persaudaraan akan terjalin lebih
erat.
b. Melakukan proses saling memahami (Tafāhum)
Tafāhum ialah usaha saling memahami. Setelah saling mengenal,
usaha saling memahami sangat dibutuhkan untuk melanggengkan persaudaraan.
Dengan usaha inilah seseorang akan mengetahui dan menghargai
kelebihan dan kekurangan orang lain. kelebihan atau kekurangan sesama.
c. Bersikap saling tolong-menolong (Ta’āwun)
Ta’āwun ialah sikap saling tolong-menolong. Sikap ini terjalin
setelah proses pengenalan dan saling memahami. Sikap saling tolong-menolong haruslah
dilakukan dalam kebaikan bukan keburukan sebagai implikasi dari perintah Allah
tentang ta’āwun.
d. Bersatu (Ta’alluf)
Ta’alluf adalah bersatunya seorang muslim dengan muslim lainnya. Usaha
ini bisa diwujudkan dengan adanya kesamaan visi dan misi seperti konsisten
untuk memajukan madrasah.
e. Melaksanakan proses saling menjaga (Takāful)
Takāful adalah sikap saling memberi keamanan. saling menjamin atau saling menjaga. Sikap ini terjalin setelah persaudaraan benar-benar erat dan kokoh.
RANGKUMAN
1. Tasāmuḥ berarti sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan saling pemaaf. Dalam secara istilah, tasāmuḥ adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusaia dalam batas-batas yang digariskan oleh agama Islam. Tasāmuḥ ialah sikap yang mengarahkan pada keterbukaan dan menghargai perbedaan.
2. Musāwah secara bahasa berarti kesamaan atau ekualitas.
Sedangkan secara istilah musāwah adalah sikap terpuji di mana memandang bahwa
setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
3. Tawasuth secara bahasa berarti moderat. Secara istilah tawasuth
ialah sikap terpuji di
mana menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem dan
memilih sikap dengan berkecenderungan ke arah jalan tengah. Tawasuth dalam
Islam terbagi menjadi tiga dimensi yaitu akidah, akhlak, dan syariat.
4. Ukhuwwah secara bahasa berarti persaudaraan. Secara istilah ukhuwwah adalah sikap terpuji di mana menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap orang lain. Ukhuwwah dalam empat macam, yaitu Ukhuwwah fi al-‘Ubūdiyyah, Ukhuwwah fi al-Insāniyyah/Basyariyyah, Ukhuwwah fi an-Nasab wa alWathaniyyah dan Ukhuwwah Fiad-Dīn al-Islāmiyyah.
Setelah mendalami pembahasan dalam bab ini. Marilah kita mempraktikkan sikap tasāmuh, musāwah, tawasuth, dan ukhuwwah. Praktikkan pekerjaan ini dengan individu atau kelompok beranggota 3-4 siswa/i.
1. Praktikkan pekerjaan secara kelompok beranggota 3-4 siswa/i.
2. Nama - nama Kelompok sesuai dengan URUTAN ABSENSI
3. Nama YANG paling Atas Sebagai ketua
Kelompok I Tasāmuh
Kelompok II Musāwah,
KELOMPOK III Tawasuth,
KELOMPOK IV. Ukhuwwah.
3. Carilah ATAU MATERI & Gambar peristiwa yang menunjukkan sikap tasāmuh, musāwah, tawasuth, dan ukhuwwah.P dari segi definisi, nilai-nilai, dan aplikasinya.
4. Gambar dan Materi tersebut dibuat dalam bentuk PPT/ VIDIO
Dengan melakukan presentasi, maka pemahaman akan semakin melekat
pada otak. Marilah kita mempresentasikan cerminan teladan dari nama-nama baik
Allah ini dengan langkahlangkah berikut ini:
1. Praktikkan pekerjaan ini dengan kelompok beranggota 3-4
siswa/i.
2. Pengajar menugaskan setiap kelompok untuk berdiskusi singkat
tentang tasāmuh, musāwah, tawasuth, dan ukhuwwah.
3. Pengajar menugaskan SETIAP kelompok untuk mempresentasikan MATERI YANG SUDAH DI TENTUKAN tasāmuh/musāwah/tawasuth ,dan ukhuwwah dari segi definisi, nilai-nilai, dan
aplikasinya.
4. Kelompok yang melakukan presentasi diperkenankan untuk memakai
media belajar untuk menunjang presentasinya.
5. Kelompok lain memberikan komentar dan kritik atas presentasi.
6. Pengajar memberikan penambahan atas materi presentasi telah dilaksanakan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TUGAS INDIVIDU/ PERORANGAN ( LEMBAR KERJA SISWA ( LKS ))
A. Uraikan jawaban dari pertanyaan berikut dengan tepat! tasāmuh, musāwah, tawasuth, dan ukhuwwah
1. Toleransi merupakan sikap yang perlu ditanamkan sejak kecil. Dengan memahami adanya keberagaman sejak kecil, kita akan semakin toleran terhadap orang lain. oleh karena itu, mengapa tasāmuh penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
2. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama
dalam hukum ataupun dalam
tatanan sosial. Apabila seseorang menghormati kalian, maka patut kita juga menghormati orang tersebut. Konsep persamaan yang demikian itu penting untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana caranya agar manusia dapat memiliki sikap persamaan tersebut?
3. Sikap moderat seringkali dianggap mengambil jalan
aman dari perselisihan yang sedang berlangsung. Hal itu menimbulkan anggapan
negatif untuk mereka. Mereka akan diplot menjadi orang yang plin-plan terhadap
masalah itu. Lantas bagaimakah cara menjelaskan tawasuth sementara banyak pihak
yang menganggapnya sebagai sikap yang plin-plan!
4. Persaudaraan/ukhuwah yang harus dibangun dalam tata kehidupan ragamnya bermacam-macam. Analisislah konsep persaudaraan sebagaimana yang terdapat dalam Surah an-Nisā [4]: 11!
5. Persaudaraan/ukhuwah yang harus dibangun dalam tata
kehidupan ragamnya bermacam-macam. Analisislah konsep persaudaraan
sebagaimana yang terdapat
dalam Surah Shād [38]: 23!
------------------------------------------ selamat bekerja semoga sukses
Pendalaman Karakter
Dengan memahami pembahasan dalam bab ini maka seharusnya kita
memiliki sikap-sikap sebagai berikut
1. Saling menghargai dan menghormati perbedaan
2. Tidak memancing kericuhan dan tidak memperkeruh keadaan.
3. Bersikap moderat ketika melihat dua kubu yang sedang beradu
argumen.
4. Menjunjung tinggi persatuan, kesatuan dan persaudaraan.
5. Memandang semua orang memiliki derajat yang sama sehngga
memiliki hak dan kewajiban yang sama.
6. Baik hati kepada semua makhluk Allah.
Kisah Teladan
Salah seorang sahabat Imam Ja’far al-Shadiq mengatakan kepada beliau, “Putraputra Pamanku mengusik ketenangan rumah tanggaku sehingga kami hanya diperkenankan hidup dalam satu ruangan. Apabila saya mengadukan tindakan mereka kepada hakim dan membalas perbuatan mereka, maka mereka akan mengancam merampas semua harta yang kumiliki”. Imam Ja’far al-Shadiq mengatakan, “Bersabarlah! Kamu akan segera mengalami kebahagiaan setelah penderitaan”.
Lelaki itu mengisahkan, “Saya pun mengurungkan niat membalas
keburukan mereka. tak lama kemudian, tepatnya 131 H, semua orang yang menyakiti
saya meninggalkan dunia”. Selang beberapa masa, lelaki itu datang ke tempat
Imam Ja’far al-Shadiq. Ia bertanya, “Bagaimana keadaan orang-orang yang
mengusik ketenanganmu?”
Lelaki itu mengatakan, “Semuanya telah meninggal dunia”. Imam
Ja’far mengatakan, “Mereka meninggalkan dunia disebabkan mereka mengganggumu yang merupakan bagian dari
keluarga mereka, dan akibat buruk tindakan
mereka yaitu memutuskan hubungan kekeluargaan denganmu. Apakah
kamu ingin mereka hidup kembali dan mengusik ketenanganmu?” Lelaki itu
mengatakan, “Tidak, demi Allah”.
" maan nazah ilalliqo' "
Tidak ada komentar