KB.3 Moderat (Tawasuth & Tawazun)
1. Pengertian Moderat ( Tawasuth & Tawazun )
Perbedaan Tawasuth dan Tawazun Tawasuth dan tawazun merupakan dua istilah yang saling mendukung dalam moderasi agama. Sekilas, tawasuth dan tawazun memiliki arti yang sama, tetapi kedua istilah ini memiliki makna yang berbeda.
Tawasuth menekankan pada cara
pandang seseorang yang harus bersikap moderat (tidak ekstrem atau fanatik),
sedangkan tawazun menekankan bahwa segala sesuatu harus seimbang dan adil.
Kata tawasuth berasal dari kata wasatha berarti tengah atau pertengahan. Kata tawasuth secara bahasa berarti moderat.
Secara istilah tawasuth ialah sikap terpuji di mana menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem dan memilih sikap dengan berkecenderungan ke arah jalan tengah
Salah satu karakter beragama Ahlussunnah Wal Jama’ah yang paling menonjol adalah tawassuth. Tawassuth atau moderat adalah berada di tengah-tengah, tidak terjebak pada titik-titik ekstrim, tidak condong ke kiri atau cenderung ke kanan.
Dalil /Dasar QS. Al baqarah Allah Swt. berfirman:
وَكَذٰلِكَ
جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ
وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا
Artinya : “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ‘umat pertengahan’ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” (QS. al-Baqarah [2]: 143)
Sikap tawasuth merupakan sikap yang paling esensial karena sikap ini tegak lurus, tidak condong ke kanan atau ke kiri. Hal itu membentuk sikap bijaksana dalam mengambil keputusan.
2. Tawasuth Dalam Islam
Islam menyatakan bahwa umat Islam merupakan umat yang tengah-tengah yaitu dalam menyelesaikan sesuatu dengan tanpa kecondongan ke kanan atau pun ke kiri. Rasulullah bersabda:
خَيْرُاْلأُمُوْرْ
أَوْسَطًهَا
Artinya : “Sebaik baik persoalan adalah sikap sikap
moderat.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda:
وَخَيْرُ
اْلاَ عْمَالِ اَوْسَطُهَا وَدِيْنُ اللهِ بَيْنَ القَاسِىْ وَاْلغَالِىِ
“Dan sebaik baik amal perbuatan adalah yang pertengahan, dan agama
Allah itu berada di antara yang beku (konstan) dan mendidih (relative ).”
Dalam Islam, tawasuth terbagi menjadi tiga dimensi yaitu akidah, akhlak, dan syariat.
1. Dimensi akidah
Dalam dimensi akidah, ada setidaknya dua persoalan yaitu, 1) Ketuhanan antara atheisme dan politheisme. Islam ada di antara atheisme yang mengingkari adanya Tuhan dan poletheisme yang memercayai adanya banyak Tuhan. Islam adalah Monotheisme, yakni paham yang memercayai Tuhan Yang Esa. 2) Manusia di antara jabr dan ikhtiyār. Beberapa aliran mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah paksaan dari Allah, dan aliran lain mengatakan perbuatan manusia adalah mutlak dari diri sendiri. Dalam Islam, tidak ada keterpaksaan mutlak dan tidak ada kebebasan mutlak.
2. Dimensi akhlak
Salah satu persoalan dalam akhlak tasawuf ialah peribadatan antara syariat dan hakikat. Dalam ibadah, Islam menggunakan kacamata syariat dan hakikat. Karena syariat tanpa hakikat adalah kepalsuan dan hakikat tanpa syariat merupakan omong kosong.
3. Dimensi syariat
Persoalan yang muncul pada dimensi syariat adalah antara kemaslahatan individu dan kolektif. Dalam hal ini, Islam berorientasi pada terwujudnya kemaslahatan induktif dan kolektif secara bersama sama. Akan tetapi, kalua terjadi pertentangan maka didahulukan kepentingan kolektif
3. Membiasakan Berperilaku Tawasuth dalam Kehidupan Sehari-hari
Setelah mengetahui sikap tawasuth dalam Islam. Kita dituntut untuk
bersikap tawasuth. Hal yang perlu di perhatikan dalam penerapan tawasuth,
yaitu
1. Menghindari perbuatan dan ungkapan ekstrim dalam
menyebarluaskan ajaran Islam.
2. Menjauhi perilaku penghakiman terhadap seseorang karena
perbedaan pemahaman.
3. Memegang prinsip persaudaraan dan toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat.
" Selamat belajar "
Tidak ada komentar