BAB VIII. KEMATIAN DAN ALAM KUBUR [ 2 ]
KEMATIAN DAN ALAM KUBUR
Kehidupan manusia akan berakhir ketika Malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawa manusia. Mati adalah akhir dari kehidupan manusia di dunia, tapi kematian itu merupakan titik pangkal kehidupan manusia di akherat. Kehidupan di dunia ibarat orang mencari bekal untuk kehidupan yang lebih lama dan kekal. Manusia tidak akan pernah mengerti hakekat kehidupan jika ia tidak mau mengingat arti dan hakekat kematian. Allah berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati” (QS. AliImran 185). Berdasarkan Firman Allah Ini telah jelas bahwa manusia pasti akan menghadapi kematian kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun. Orang Yang pintar adalah orang yang selalu mengingat mati dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.
1. Pengertian Mati
Dari segi ke-bahasaan, istilah kata mati (al-maut) memiliki korelasi yang sama dengan istilah pancaindera, akal dan lain-lain. Korelasi ini mengandung pemahaman bahwa, kematian yang dimaksud berarti telah kehilangan kekuatan atau kemampuan untuk hidup; dan ini sama seperti seseorang telah kehilangan sejumlah organ tubuh, yang menyebabkan seseorang tidak dapat merasakan atau melihat sesuatu.
Kematian menurut al Ghazali berarti perubahan keadaan, dan bahwa setelah
kematian jasad, ruh manusia tetap hidup dan merasakan siksaan ataupun kebahagiaan.
Maka, perpisahan ruh dengan jasad adalah bahwa ruh sama sekali tidak lagi efektif bagi
jasad. Karena itu, jasad pun tak lagi tunduk pada perintah-perintahnya. Mati adalah
lawan kata hidup (al Hayat). Hidup dan mati adalah kehendak Allah sebagaimana ikrar
kita setiap shalat dalam doa iftitah.
Al-Qur’an menunjukkan bahwa setiap makhluk yang bernyawa (ruh) pasti
mati, bahkan alam dunia pun akan diakhiri dengan mati (kiamat). Oleh karena itu,
kematian adalah suatu kepastian, dan tiada satu pun yang dapat melarikan diri
daripadanya; dan bahkan mati yang akan mendatanginya. Mati menjadi titik pemisah di
antara dua perkara, yakni masa, keadaan dan kehidupan dunia menuju kepada masa,
keadaan dan kehidupan akhirat yang abadi. la bertindak sebagai pintu ke alam akhirat.
Anjuran Mengingat Mati
Nabi Muhammad sering mengingatkan kita untuk selalu mengingat mati karena itu akan menambahkan rasa takut kita seandainya mati dalam keadaan yang tidak diridlai Allah sehingga kita sekuat tenaga untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam sabdanya beliau bersabda:
Artinya: “Perbanyaklah mengingat pemisah kenikmatan (kematian)” .
Menurut al Ghazali bahwa manusia terbagi menjadi tiga golongan;
pertama, orang yang terlena dengan dunianya,
kedua, orang memulai untuk bertaubat dan
ketiga, orang yang arif tentang hakekat kematian.
Sakaratul maut
Sakaratul maut adalah rasa sakit yang menyerang jiwa dan menjalar keseluruh bagian jiwa sehingga tidak akan ada lagi satu pun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit itu, sakit dari sakaraul maut akan menghujam ke jiwa dan menyebar keseluruh anggota badan dan orang yang sekarat akan merasakan sendiri dirinya ditarik-tarik dan dicabut dari setiap urat saraf, persendian dan dari tiap akar rambut di kaki dan kepala . Rasulullah bersabda:
Artinya: ”Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang’ (HR.at
Tirmidzi)
2. Alam kubur atau barzakh
a. Kebenaran Adanya Alam Kubur
Termasuk perkara yang dibawa Nabi dan wajib kita mengimaninya, Allah ta’ala berfirman:
Artinya: “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'awn dan kaumnya ke dalam ‘adzab yang sangat keras" (Q.S. Ghafir: 46)
Para ulama menafsirkan ayat ini tentang adanya alam kubur karena ketika di dunia orang-orang kafir tidak ada yang diperlihatkan kepadanya api yang menakutkan setiap hari dua kali yaitu pagi dan sore bahkan keadaan mereka sebaliknya, kebanyakan mereka diberi rizki oleh Allah dengan dunia yang banyak, dan tidak mungkin diperlihatkannya api ini ketika hari kiamat karena ada kata “ketika terjadi hari kiamat” bearti kalau di dunia dan di akhirat tidak diperlihatkan api kepada mereka maka itu menandakan terjadinya adalah di antara dunia dan akhirat yaitu alam barzakh atau alam kubur.
b. Keadaan alam kubur
Kehidupan di alam barzah sementara waktu, yaitu hingga datangnya hari kiamat. Sebab setelah datangnya hari kiamat nanti akan ada kehidupan lagi yaitu kehidupan di alam akhirat. Di dalam hadits Nabi menegaskan bahwa alam kubur merupakan tahap pertama menuju alam akhirat. Alam kubur bisa juga sebagai taman surga atau lubang neraka, seseorang yang selamat melewati tahap pertama itu untuk tahap selanjutnya bakal lebih ringan, tetapi jika melalui tahap pertama tidak selamat, untuk tahap selanjutnya akan semakin berat. Rasullah Bersabda yang artinya :
Artinya:‘’Sesungguhnya alam kubur merupakan tahap pertama menuju alam akhirat. Apabila seseorang selamat melewati tahap pertama, maka untuk tahap selanjutnya bakal lebih ringan. Namun jika tidak selamat melewati tahap pertama, maka untuk tahap selanjutnya akan lebih dahsyat.’’ (H,R. Tirmidzi)
c. Kembalinya ruh ke jasad
Dan ketahuilah bahwa telah diriwayatkan secara tsâbit dalam hadits-hadits yang shahih tentang kembalinya ruh ke jasad di dalam kubur seperti hadits al Barâ` bin ‘Âzib yang diriwayatkan oleh al Hakim, al Bayhaqiyy dan Abu ‘Awanah dan dinilai shahih oleh beberapa hafizh hadits, juga hadits Ibn ‘Abbas yang marfû’:
Artinya: “Tidaklah ada seorangpun yang berjalan melewati kuburan saudara muslimnya yang ia kenal di dunia, lalu mengucapkan salam kepadanya kecuali dia mengenalnya dan
menjawab salamnya” (H.R. Ibn ‘Abdil Barr dan ‘Abdul Haqq al Isybîliyy dan beliau menilainya shahih)
Hal yang disebutkan dalam hadits ini meniscayakan kembalinya roh ke badan
seluruhnya dan inilah zhâhir hadits tersebut atau ke sebagian badannya. Kembalinya
kehidupan ke jasad di kubur, ini semakin bertambah kuat terjadi bagi para nabi. Karena
telah diriwayatkan dalam hadits Anas dari Nabi shallallahu ‘alahi wasalam, ia bersabda: Artinya: “Para nabi itu hidup dalam kubur mereka, mereka mengerjakan shalât” (Dinilai shahîh oleh al Bayhaqiyy dan disetujui oleh al Hâfizh Ibn Hajar)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah Saw berbicara tentang dua malaikat penanya di kubur, lalu ‘Umar bin al Khaththâb Ra bertanya: “Apakah akal kami dikembalikan kepada kami, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Iya, seperti keadaan kalian sekarang ini”. ‘Abdullah bin ‘Amr berkata: “Maka ‘Umar-pun terdiam”. hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dan beliau menilainya sahîh.
d. Pertanyaan malaikat dan siksa kubur
Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alahi
wasalam bahwa ia bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di dalam kuburnya dan para
sahabatnya telah berpaling darinya dan ia-pun mendengar suara sandal mereka ketika
mereka meninggalkan tempat, maka datang kepadanya dua malaikat lalu
mendudukkannya seraya berkata: Apa yang kamu katakan tentang laki-laki ini,
Muhammad?. Orang mukmin -yang sempurna imannya- menjawab: Aku bersaksi bahwa
dia adalah hamba dan utusan Allâh. Kemudian dikatakan kepadanya: Lihatlah
tempatmu di neraka, Allâh telah menggantinya dengan tempat di surga, maka ia melihat
dua-duanya. Sedangkan orang kafir atau munâfiq, dia menjawab: Aku tidak tahu, dahulu
aku berkata seperti yang dikatakan orang tentangnya, kemudian dikatakan kepadanya:
Kamu tidak tahu kebenaran, kemudian dia dipukul dengan palu dari besi di antara
kedua telinganya dan dia pun menjerit dengan jeritan yang didengar oleh semua yang
ada di sekitarnya kecuali manusia dan jin”. (H.R. al Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa pertanyaan malaikat munkar dan nakir adalah suatu kebenaran dan orang yang tidak bisa menjawab pertanyaan kedua malaikat tersebut akan disiksa dengan pukulan. Meskipun begitu ada sebagian aliran yang mengingkari adanya siksa kubur, di antaranya aliran Mu’tazilah dan ibadiyah. Salah seorang pembesar Mu’tazilah bernama Dharar ibn Umrah al Ghathafani di antara yang mengingkari siksa kubur. Sedangkan kelompok Ibadhiyah mereka terbagi menjadi dua bagian: sebagian ada yang mengakui siksa kubur sebagian lain tidak mengakuinya.
e. Nikmat kubur
Dalam kitab Shahih ibn Hibban juz 5 hal.: 50 disebutkan dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalallam bahwa beliau bersabda: Artinya:“Sesungguhnya orang mukmin didalam kuburnya akan seperti taman yang hijau dan kuburannya akan diluaskan tuju puluh dzira (hasta) dan akan terang benderang seperti terangnya malam pada waktu bulan purnama”.
Dalam Hadits tesebut menjelaskan bahwa allah akan memberikan kenikmatan dikuburan berupa diluaskannya kuburannya sampai tuju puluh dzira (hasta) bagi orang yang bertakwa kepada allah yaitu orang mukmin yang menjalankan perintah allah dan menjauhi larangan-Nya dan selainnya seperti orang yang mati syahid tidak dalam keadaan bertakwa, dan sebagian yang lain diberi kenikmatan diluaskannya kuburan sebatas mata memandang, dan sebagian orang mukmin juga diberikan kenikmatan berupa disinari kuburannya seperti sinar yang ada dimalam bulan purnama, dan masih banyak yanglaiinya nikmat yang akan diterima oleh orang mukmin dikuburan seperti mencium bau surga. Dan dikecualikan dari pertanyaan kubur: para nabi allah, orangorang yang mati syahid dalam peperangan dan anak kecil yang meninggal sebelum baligh.
3. Hikmah Kematian dan Alam Kubur
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari kematian dan alam kubur untuk kita renungkan dan mempersiapkan diri sebelum ajal menjemput. Di antaranya yaitu:
1. Mensyukuri nikmat hidup dengan menyembah Allah semata, Dzat yang telah memberikan kita kehidupan.
2. Menjadikan dunia sebagai ladang amal untuk bekal akhirat karena kehidupan dunia hanya sementara sedangkan kehidupan di akhirat bersifat abadi.
3. Selalu berfikir dan mengingat kematian dengan meningkatkan ketaqwaan agar jika
seandainya ajal menjeput maka ia telah siap dengan amal ibadah.
4. Meluangkan waktu untuk ziarah kubur agar kita selalu ingat mati dan tidak terlena dengan kenikmatan duniawi.
5. Mengambil pelajaran dari kematian orang lain bahwa kita akan merasakan hal yang sama; sakratul maut, diantarkan jenazah kita ke liang kubur dan pertanyaan malaikat munkar dan nakir.
6. Memperbanyak amal ibadah yang pahalanya akan terus mengalir meskipun kita telah meninggal dunia.
Post Comment
Tidak ada komentar