BAB. VIII I KB. 3 I KEMATIAN DAN KEHIDUPAN DI ALAM BARZAH
KEMATIAN DAN
KEHIDUPAN DI ALAM BARZAH
Wahai manusia yang lupa akan kematian,
sesungguhnya kematian itu adalah
dekat, adapun yang jauh itu adalah masa lalu.
Wahai manusia yang melupakan
waktu, sesungguhnya waktu itu bagaikan pedang, dan kitapun bisa ditebasnya
kalau tidak hati-hati. Wahai manusia
yang menunda-nunda berbuat baik, sesungguhnya salah satu tanda hati yang mati
adalah tiada kesedihan atas terlewatkannya kesempatan berbuat baik dan tidak
menyesal atas kesalahan yang telah dilakukannya.
A. KEMATIAN
Seluruh yang
bernyawa pasti akan mengalami kematian, termasuk di dalamnya adalah manusia. Bagi manusia, kematian
merupakan pintu gerbang untuk memasuki alam akhirat. Tidak
ada manusia yang lolos dari kematian. Namun demikian, hanya
sedikit yang
mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang pasti datang tersebut.
Orang yang
lalai menyambut datangnya kematian, akan mengalami kematiannya dengan
sebutuan su’ul khatimat, tetapi bagi orang yang senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut kematian dengan beramal saleh
dan berharap rida Allah Swt., maka baginya adalah husnul khatimah. Tentang kepastian datangnya
kematian ini, Allah Swt., berfirman:
Artinya:
tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu
dikembalikan.(QS. Al-Ankabut [29]: 57)
Allah Swt. telah menginformasikan kepada seluruh umat manusia, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allah Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati. Kematian merupakan sesuatu yang sangat menakutkan. Maut merupakan ketetapan Allah Swt. yang akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang dapat menolak maupun menahannya. Maka kita harus menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan keimanan dan amal saleh.
Di masa modern ini memang ada banyak usaha untuk memperpanjang umur. Namun semuanya gagal. Ini setelah ditemukan bahwa sel akan mati, karena kematian ada di dalamnya. Inilah yang diinformasikan Rasulullah Saw.berikut: “Wahai para hamba Allah, berobatlah, karena Allah selalu memberikan obat untuk semua penyakit kecuali ketuaan,” (HR. Ahmad). Pada QS. al-Mulk (67): 2, Allah Swt. berfirman: Artinya: yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk [67]: 2)
Pada ayat ini,
kita mendapati bagaimana Allah membicarakan kematian sebelum kehidupan. Allah menginformasikan kepada kita bahwa
kematian adalah makhluk seperti
kehidupan. Orang jahiliah menduga bahwa kematian itu datang secara tiba-tiba dan
membabi buta. Padahal ada proses yang luar bisa, yang sangat mirip dengan
program komputer. Para ahli memastikan bahwa kematian itu sudah diprogram sedemikian rupa oleh
Allah Swt. yang setiap orang akan mengalaminya, yaitu ada pada setiap sel tubuh. Program kematian dimulai bersamaan dengan sel
pertama yang menjadi bahan dasar manusia. Program ini mendampingi manusia hingga ia menemui ajalnya
dengan system luar bisaa yang tidak ada cela sama sekali. Allah Swt. berfirman:
Artinya: Maka
Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang
menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya? Kami telah Akidah Akhlak
Kelas XI 153 menentukan
kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,
(QS. Al-Waqi’ah [56]: 58-60)
Dengan
demikian, kematian pastilah datang. Kemanapun manusia lari, dan di manapun
manusia bersembunyi untuk menghindari kematian, maka apabila kematian sudah
saatnya datang, maka tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya. Allah Swt.
berfirman:
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan
kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia
beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu’ah [62]:
8)
Dalam ajaran
agama-agama samawi, kematian mempuyai peranan yang sangat besar dalam memantapkan akidah serta
menumbuhkembangkan semangat pengabdian. Tanpa pemahaman yang tepat tentang kematian, manusia tidak akan
berpikir tentang apa sesudah mati, dan tidak akan mempersiapkan diri menghadapinya.
Al-Qur’an menjelaskan kehidupan dunia
dengan istilah al-hayat ad-dunya (kehidupan yang rendah), dan
kehidupan akhirat dengan istilah al-hayawan (kehidupan yang sempurna), sebagaimana
firman-Nya dalam QS. al-‘Ankabut (29): 64 berikut: Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan
senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan. (QS.
Al-‘Ankabut [29]: 64)
Satu-satunya
jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesempurnaan itu adalah kematian. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan:
“Kematian yang dikenal sebagai perpisahan ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia
menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke
negeri yang lain.” Ada beberapa istilah yang diguakan al-Qur’an untuk menunjukkan
kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan), sebagaimana
firman-Nya:
Artinya: Allah
memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang
belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Az-Zumar [39]: 42)
Dalam ayat yang
lain, Allah menyifati kematian sebagai musibah/malapetaka. Istilah
ini ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggal mati.
Pengertian ini dimaksudkan bagi orang-orang yang ditinggalkan, dan sekaligus
bagi mereka yang mati tetapi tidak membawa bekal yang cukup untuk hidup
di negeri seberang, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Māidah [5]: 106.
B. KEADAAN
ORANG MATI
Umur seseorang
di dunia ini adalah salah satu takdir Allah yang sudah ditetapkan
kepada yang
bersangkutan. Jika ia mempergunakannya untuk mengerjakan amal-amal yang
bermanfaat, baginya di akhirat kelak akan mendapatkan keuntungan, begitu juga sebaliknya
jika dipergunakan untuk kemaksiatan dan belum sempat bertaubat ketika ajal menjemput,
maka dia termasuk golongan orang-orang yang merugi.
Orang yang takut akan akibat perbuatan dosa, adalah termasuk orang yang cerdas, karena
dia menyadari sebelum dosa-dosanya itu menjadi penyebab kehancurannya, maka dia
akan segera bertaubat, dan tidak akan mengulanginya. Ibnu Mas’ud berkata: “Seseorang
yang beriman setiap kali melihat dosanya, ia seolah-olah sedang duduk di bawah
gunung dan khawatir gunung itu menimpa dirinya.” (HR. Bukhari). Untuk itu, orang
yang cerdas akan selalu berusaha memperbaiki diri sehingga di akhir hayatnya
akan berada dalam keadaan yang baik (husnul khatimah), jangan sampai di akhir hayatnya dalam
keadaan yang buruk (su’ul khatimah). Proses kematian yang dialami seseorang berbeda-beda. Allah Swt. menginformasikan
tentang bagaimana malaikat Izrail melaksanakan tugas mencabut nyawa.
Ada yang dicabut dengan keras, seperti dicabutnya duri dari kapas, tetapi ada yang
dicabut dengan lemah lembut, seperti orang tidur.Allah Swt. berfirman:
Artinya: Demi
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikatmalaikat) Yang mencabut (nyawa) Dengan lemah-lembut. (QS. An-Nāzi’āt [79]: 1-2)
Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh akan menghadapi kematian dengan tenang, karena dalam dirinya ada kesadaran
bahwa kematian itu pasti datang, bahkan
Allah Swt.
telah menginformasikan bahwa malaikat akan turun untuk menghiburnya dengan
kabar gembira tentang surga yang dijanjikan. Hal tersebut difirmankan oleh Allah.
Swt. dalam QS. Fushilat (41): 30 berikut:
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih;
dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu" (QS. Fushilat [41]: 30)Tetapi bagi orang kafir,
malaikat akan mendatanginga dengan membentaknya dan memukul muka dan belakang mereka seraya
menyampaikan informasi tentang balasan orang kafir, yaitu neraka
yang akan membakarnya. Hal itu diinformasikan Allah dalam QS.
al-Anfāl (8): 50.
Artinya: Kalau kamu melihat ketika para malaikat
mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata):
"Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa
ngeri). (QS. Al-Anf Anfāl [8]: 50)
Adapun orang ẓalim,
akan didatangi malaikat dengan membentak dan memukulnya seraya menyampaikan informasi tentang balasan
orang ẓalim, yaitu siksaan yang sangat menghinakan.
Allah swt. berfirman:
Artinya: Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di
waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul
dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di
hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan
terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An’am [6]: 93)
A. PENGERTIAN
HUSNUL KHATIMAH
Istilah husnul khatimah sudah menjadi kosa
kata yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini digunakan untuk
mengungkaapkan keadaan orang yang meninggal
dunia dalam keadaan baik. Allah swt. Mengingatkan
kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa keislamannya sampai
ajal datang, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam Keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran [3]: 102)
Begitu juga
Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk menjaga kemurnian akidahnya dengan cara hanya menyembah
kepada Allah sampai dengan datangnya sesuatu yang pasti (kematian). Allah Swt.
berfirman:
Artinya: dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS.
Al-Hijr [15]: 99)
Oleh karena
itulah, seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keimanannya sehingga ketika
meninggalkan alam fana ini dalam keadaan husnul khatimah. Apabila telah khilaf dalam perbuatan dosa dan
maksiat maka segera memohon ampun kepada Allah Swt, seraya bertaubat dengan
taubatan nashuha, dan menebus kesalahan tersebut dengan amal yang baik.
Rasulullah
Saw.bersabda: Artinya:
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”.
Para sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?”
Rasulullah menjawab,”Allah akan memberinya taufiq untuk
beramal saleh sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad, Tirmidzi).
b. Tanda-tanda
husnul khatimah
Pertanda orang
yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah
ada yang hanya diketahui oleh orang yang sedang sakaratul maut, dan ada pula
yang diketahui oleh orang lain. Tanda husnul khatimah, yang hanya
diketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya kabar gembira saat sakaratul
maut, berupa ridha Allah sebagian ugerah-Nya. Allah Swt. berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah,”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu
merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah
kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”. (QS. Fushilat [41]: 30).
Kabar gembira
ini diberikan ketika seseorang sedang mengalami
sakaratul maut, di dalam
kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur,
Rasulullah Saw.bersabda:
Artinya:
“Barangsiapa yang suka bertemu Allah, maka Allahpun suka untuk bertemu
dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu Allah, maka Allah
pun benci untuk bertemu dengannya”. ‘Aisyah bertanya,”Wahai Nabiyallah!
Apakah (yang dimaksud) adalah benci kematian? Kita semua
benci kematian?” Rasulullah menjawab,”Bukan seperti itu. Akan
tetapi, seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira tentang rahmat
dan ridha Allah serta Surga-Nya, maka ia akan suka bertemu Allah.
Dan sesungguhnya, orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab
Allah dan kemurkaan-Nya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah,
dan Allahpun membenci bertemu dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi
berkata, ”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan
adalah pada saat sakaratul maut yaitu pada saat taubat tidak diterima
(lagi). Ketika itu, semuanya diperlihatkan bagi yang sedang naza’ (proses pengambilan
nyawa), dan akan nampak baginya tempat kembalinya.”
Nasib seseorang
di alam barzakh dan di akhirat sangat
ditentukan oleh keadaannya pada saat menghadapi sakaratul maut. Apabila pada akhir
hidupnya diakhiri dengan baik (husnul khatimah), maka dia akan mendapatkan
kebahagiaan di di alam kubur dan seterusnya. Apabila pada akhir hayatnya di
akhiri dengan su’ul khatimah, maka akan mendapatkan siksa yang berkepanjangan.
Rasulullah Saw.bersabda:
Artinya:
“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. (HR Bukhari
dan lainnya)
Oleh sebab
itulah orang-orang yang salih selalu mempersiapkan diri dengan amal salih dan melanggengkan ẓikir kepada Allah Swt. Mereka melakukan
amal saleh tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah Swt. Agar Allah
Swt. memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai akhir hayatnya. Allah Swt. Berfirman
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar
takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan
muslim (berserah diri) ”. (Ali Imran [3]: 102)
Imam Muslim ra.
meriwayatkan hadiś dalam Shahih-nya,
dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. dia
mengatakan : Artinya:“Saya mendengar Rasulullah Saw. ., bersabda : “Sesungguhnya kalbukalbu keturunan
Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana
satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian
Rasulullah Saw. ., berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolakbalikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatan-Mu”.(HR. Muslim)
Tanda-tanda
orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah diantaranya
adalah:
1) Mengucapkan
kalimat tauhid menjelang ajal. 2) Meninggal dunia di jalan Allah, meninggal
dalam keadaan sabar ketika
ditimpa penyakit pes, TBC, sakit perut, radang
selaput dada, tenggelam. 3) Meninggal pada malam atau hari Jum`at4) Bagi
wanita, meninggal saat melahirkan,
ataupun meninggal saat sedang
hamil, 5)
Meninggal karena sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan), 6) Meninggal dalam
keadaan melakukan amal saleh7) Meninggal karena mempertahankan harta dari
perampokan atau pembegalan.
C. Upaya
mendapatkan husnul khatimah
1) Melakukan
ketaatan kepada Allah secara
terus-menerus, menjauhkan diri dari
perbuatan
syirik, QS. Ali Imran [3]: 102) 2) Berdoa kepada Allah Swt. dengan sungguh-sungguh
agar meninggal dalam keadaan husnul khatimah
3) Berusaha
untuk selalu memperbaiki diri, secara lahir dan batinnya.
2. Su’ul Khatimah
Su’ul artinya
jelek atau buruk dan khatimah artinya penutup. Yang dimaksud
dengan su’ul khatimah adalah penutup kehidupan dunia yang buruk, seperti seseorang meninggal dunia dalam keadaan
durhaka kepada Allah Swt. ataupun orang yang meninggal ketika sedang
melaksanakan maksiat. Allah Swt.
telah mendeskripsikan tentang orang-orang yang beriman itu mempunyai
dua sikap dalam hidupnya. Pertama, sikap takut yang besar kepada Allah.
Kedua, sikap tekat/kemauan yang kuat untuk berbuat sebaik mungkin, sebagaimana
firman-Nya:
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan
mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,
dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka
(sesuatu apapun),dan orang-orang yang memberikan apa yang telah
mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka
itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah
orang-orang yang segera memperolehnya. (QS. AlMukminum [23]: 57-61)
B. Tanda-tanda
su’ul khatimah
1) Sulit
dibimbing mengucapkan ẓikir/lā ilāha illallāh ketika menghadapi sakaratul
maut.
2) Sering
melalaikan salat.
3) Suka
mengkonsumsi khomr.
4) Durhaka
kepada orang tua.
5) Suka berbuat
zalim terhadap orang lain.
6) Melakukan
dosa besar, keji, dan tidak mau bertaubat kepada Allah swt.
C. Sebab-sebab
su’ul khatimah
a. Rusaknya
aqidah (keyakinan).
b.
Menunda-nunda taubat.
c. Adanya
ketergantungan kepada dunia, dan terjerumus kepada jalan-jalan yang terlarang.
d. Menyeleweng
dari jalan yang lurus dan menolak terhadap kebenaran serta petunjuk.
e. Gandrung
kepada kemaksiatan.
b. Bunuh diri
dengan segala macam caranya.
C. ALAM
BARZAKH (ALAM KUBUR)
Kamus Istilah
Keagamaan yang diterbitkan oleh Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI menjelaskan Barzakh sebagai
berikut: (1) alam transisi antara dunia
dan akhirat sebagai
tempat roh orang mati berada (alam yang meisahkan kehidupan dunia dengan
akhirat); (2) keadaan seorang sufi yang mengalami fana dan baqa yang seakan-akan
terhalang atau terpisah dari kesadaran tentang lingkungan sosialnya; (3) penghalang,
pembatas diantara dua hal atau kawasan. Adapun yang dimaksud barzakh dalam
bahasan ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam nomor 1. Al-Qur’an menyebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam QS.
al-Mu’minun (23) :100, QS. ar- Rahman (55): 20, dan dalam QS. al-Furqan
(25):53, namun hanya surah Mukminun yang memiliki makna yang sesuai dengan
pembahasan ini:
Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila
dating kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:” Ya Tuhanku kembalikanlah
aku (ke dunia ), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku
tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan
yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai
hari mereka dibangkitkan.” (QS. Mukminun [23]: 99-100)
Sedangkan
secara terminologi, barzakh didefinisikan sebagai suatu alam yang terdapat diantara dunia dan akhirat, yang pada saat itu ruh manusia
yang sudah meninggal dunia berada di alam tersebut untuk menunggu datangnya
Hari Kebangkitan (yaum al-ba’ts), yang merupakan awal dari kehidupan
akhirat. Dengan definisi ini, barzakh dimaksudkan sebagai suatu alam atau tempat
yang merupakan terminal persinggahan ruh manusia setelah kematian, yaitu setelah
ruh terpisah dari jasadnya. Di alam barzakh inilah ruh manusia berada dan menunggu
sampai datangnya hari kebangkitan yang juga lazim disebut hari kiamat.
2. Keadaan
Mayit dan Ruh Di Alam Barzakh
Setelah mayit
dikubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorangpun
dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadiś menerangkan bahwa kubur
menghimpit Sa’ad bin Muadz Ra., padahal
kematiannya membuat ‘arsy bergetar, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat
sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya. Imam an-Nasa’i meriwayatkan dari Ibn Umar Ra.,
bahwa Rasulullah Saw. bersabda :
Artinya: Inilah
yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan
oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh
kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.” (HR. An-Nasa’i)
Di samping itu,
kondisi alam kubur adalah gelap gulita. Rasulullah Saw.bersabda
sehubungan dengan kematian seorang sahabat yang bisaa menyapu di masjid
Nabawi sebagai berikut: Artinya: Dari sahabat Abu Hurairah Ra.,bahwa seorang
wanita hitam atau seorang pemuda yang bisaa menyapu di masjid Nabawi pada masa Rasulullah.
Rasulullah Saw.
., tidak mendapatinya sehingga beliau Saw., menanyakannya.
Para sahabat menjawab, ‘Dia telah meninggal’. Beliau Saw.,
berkata, ‘Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah
berkata, ‘Seolah-olah mereka meremehkan urusannya’. Beliau Saw.,
bersabda, ‘Tunjukkan kuburnya kepadaku’. Lalu mereka menunjukkannya,
beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda, “Sesungguhnya
kuburan-kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya,
dan sesungguhnya Allâh Swt. menyinarinya bagi mereka dengan
ṣalatku terhadap mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hani’
Ra,, bekas budak Utsman bin Affan Ra. berkata, “Kebisaaan Utsman bin Affan
jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya.
Lalu beliau ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak
menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat kubur), (Mengapa
demikian?)’ Beliau, ‘Sesungguhnya Rasulullah Saw. ., bersabda, (yang artinya)
‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat.
Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya;
bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat
darinya.’ Rasulullah Saw.juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun
yang lebih menakutkan daripada kubur.’” (HR. at-Tirmidzi dan ibnu Majah).
Adapun
keberadaan ruh di alam barzakh akan terus seperti apa adanya, dan tidak
akan hancur ataupun punah. Ruh manusia tetap eksis dan tidak akan hancur, karena
ruh manusia itu ciptaan yang berasal dari ruh Tuhan. Oleh sebab itu, ruh dalam ajaran
Islam ditegaskan tidak akan hancur dan akan terus ada, sebagaimana dijelaskan Allah
dalam QS. al-Sajdah (32):9, QS. al-Hijr (15): 29, QS. Sad (38): 72, QS. al-
Anbiya’ (21):
91, dan QS. al-Tahrim (66): 12. Pada
ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa setelah Allah menyempurnakan kejadian bentuk jasmani manusia,
kemudian ditiupkan ke dalamnya ruh. Itulah sebabnya ketika kematian tiba,
dan kemudian jasad manusia dikebumikan dan hancur, ruh tetap ada dan tidak akan punah.
3. Fitnah
(Ujian) Kubur
Jika seorang
hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya dan memberikan
pertanyaan-pertanyaan. Inilah yang dimaksud dengan fitnah
(ujian) kubur. Dalam hadiś shahih riwayat Imam Ahmad dari sahabat al-Barro bin
‘Azib Ra., Rasulullah Saw.bersabda yang artinya: Kemudian dua malaikat
mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu
?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya,
“Apa agamamu?”Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”. Kedua
malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”
Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?”
Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”.
Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata)
benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga),
bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga. Maka datanglah kepadanya bau dan
wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang.
Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya,
berpakaian
bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang
menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah
engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah
amalmu yang saleh”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat,
sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”. Pertanyaan ini
juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Nabi Saw., yang artinya: Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya.
Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya,
“Sipakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu” Kedua
malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak
tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada
kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”. Lalu penyeru dari langit
berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan
bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang
mendatanginya. Dan kuburnya
disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.
Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian
buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu
! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh
orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang
membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka
ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”.
4. Nikmat kubur
dan siksa kubur
Orang yang
meninggal dalam keadaan husnul khatimah akan mendapatkan nikmat
kubur, sementara yang meninggal dalam keadaan su’ul khatimah akan mendapatkan
siksa kubur. Penjelasan tentang adanya nikmat kubur adalah firman Allah
Swt dalam QS. Ali Imran : 169 berikut:
Artinya: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.
(QS.Ali Imran [3]:169)
Barzah tidak hanya dikhususkan bagi para nabi,
rasul, syuhada dan orang mukmin saja,
akan tetapi juga disediakan untuk para
kafir yang membangkang seperti Fir’aun dan para pengikutnya, Allah Swt., berfirman dalam
QS. Al-Mukmin ayat 45-46 berikut:
Artinya: Maka
Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta
kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk. Kepada mereka dinampakkan
neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat.
(Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke
dalam azab yang sangat keras". (QS. Al-Mukmin [40]: 45-46)
Ayat-ayat di
atas dengan sangat jelas menginformasikan
tentang adanya nikmat kubur
yang diterima oleh para nabi, rasul dan seluruh orang yang beriman, ataupun
siksaan yang akan ditimpakan kepada orang yang hidupnya dipenuhi dengan kemaksiatan
dan kekufuran.
Di alam barzakh
, manusia akan mendapatkan pertanyaan kubur, kesenangan atau
kesulitan sesuai dengan derajat keimanannya. Alam barzakh merupakan tempat penyucian
bagi orang-orang yang beriman untuk meringankan perhitungan mereka di akhirat
(tasfiyah). Kondisi manusia di alam
barzakh dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
a. Kelompok
orang yang mendapatkan nikmat dan kebahagiaan.
Kelompok orang
yang mendapatkan nikmat kubur adalah orang yang beriman dan
meninggal dalam keadaan husnul khatimah, dan orang-orang yang mendapatkan
pengampunan dari Allah Swt. Inilah
karunia bagi orang-orang yang soleh. “Jangan kamu kira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah
itu mati, tapi rezeki.”(QS. Ali Imran [3]:
169).
b. Kelompok
orang yang mendapatkan siksaan dan kesengsaraan.
Inilah siksa
bagi orang-orang kafir, durhaka, berdosa, zalim, para tiran, dan semacamnya. “Kepada mereka ditayangkan neraka
pagi dan petang, dan pada saat datangnya hari kiamat (ia berkata): “Masukkan keluarga Firaun
dalam siksa yang paling berat.” (QS. Al-Mukmin [40]: 46)
c. Kelompok
orang yang dibiarkan saja tanpa kenikmatan dan tanpa siksaan. Mereka
seperti
tertidur saja, dan tersentak ketika hari kiamat tiba. Ini adalah kondisi orang-orang
yang melakukan maksiat dan dosa di dunia, tetapi tidak sebesar dosa dan
maksiat yang dilakukan oleh kelompok kedua.
“dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "Mereka tidak berdiam
(dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". seperti Demikianlah mereka
selalu dipalingkan (dari kebenaran). dan
berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan
(kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam
kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; Maka Inilah hari
berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).” (QS. Al-Rum [30]:
55-56)
“ Janganlah
menunda pekerjaanmu hingga esok hari, apa yang
dapat kamu kerjakan hari
ini ”
AYO BERLATIH
A. Pilihlah
jawaban yang paling benar !
1. Kritisilah
perilaku orang yang lalai atas datangnya kematian!
2. Bandingkan
tanda-tanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah dengan yang su’ul khatimah!
3. Kritisilah
pendapat orang yang tidak percaya adanya siksa kubur dengan menyertakan alas
an yang
benar!
4. Saran apa
yang dapat Saudara sampaikan agar seseorang di alam barzakh mendapatkan
nikmat kubur!
5. Bagaimana
analisa Saudara atas taubatnya orang
pada saat sakaratul maut?
B. Tugas
terstruktur
Tulislah dalil
(al-Qur’an dan hadiś yang berkaitan dengan kematian dan alam barzah!
C. Tugas
mandiri tidak terstruktur
Buatlah skema
perjalanan manusia dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh,
alam akhirat, surga dan neraka yang
disertai penjelasan singkat!
Tidak ada komentar