Header Ads

ads header

Breaking News

KB2 MUSAWAH ( PERSAMAAN DERAJAT )

 


1.   Pengertian Persamaan Derajat (Musāwah)

Kata musāwah berasal dari kata dasar sawwā berarti meratakan, menyamaratakan. Kata musāwah secara bahasa berarti kesamaan atau ekualitas. Sedangkan secara istilah musāwah adalah sikap terpuji di mana memandang bahwa

setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Rasulullah Saw. bersabda: yang artinya 


“Dari Abi al-Yaman, al-Azhari menceritakan dari al-Utaiby: Sesungguhnya yang dikehendaki Nabi dalam hal ini adalah bahwa manusia adalah sama (setara) dalam nasab. Tidak seorang pun dari mereka memiliki kelebihan (dari yang lainnya), akan tetapi mereka serupa, seperti 100 ekor unta yang tidak memiliki induk” (H.R. Bukhari)

Sikap musāwah ini sering kali dipakai dalam bidang hukum guna menyamaratakan  hukuman  seseorang dengan  orang lain.  Akan  tetapi  musāwah sendiri dapat digunakan pada berbagai macam perilaku tertentu semisal pendapat dari  rakyat  jelata  perlu  didengarkan  selama  pendapatnya  logis  dan  berbobot.

Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah berkata:


“Pandanglah perkataannya bukan orangnya”

2.   Musāwah Dalam Islam



Menurut Muhammad Ali al Hasyimy dalam Manhāj al-Islām fi al-‘Adalah wa al-Musāwah, ada beberapa hal berkaitan dengan prinsip musāwah dalam ajaran Islam, yaitu:

a.    Persamaan adalah buah dari keadilan dalam Islam.

b.   Setiap  manusia  sama  derajatnya,  tidak  ada  pengistimewaan  tertentu  pada seorang terhadap orang lain. Maksudnya adalah tanggung jawab yang sama.

c.    Memelihara hak-hak non-muslim. Di antaranya adalah memahami perbedaan keyakinan dan ritual agama.

d.   Persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan dalam kewajiban agama dan lainnya. Maksudnya adalah dalam hak dan kewajiban, Islam menjadikan keduanya   sama,   yaitu   dalam   kewajiban-kewajiban   agama,   hak   pribadi, martabat manusia, hak-hak sipil dan kekayaan.

e. Persamaan   sosialUdiJImaPsyaUrakBat. LMIaKksudnya   adalah   dalam   kehidupan masyarakat, setiap orang baik kaya maupun miskin, pejabat atau rakyat berada pada hak dan kewajiban yang sama meskipun implementasinya berbeda karena faktor  otoritas  di  dalamnya  seperti  pejabat  pemerintah memiliki  kewajiban untuk membuat undang-undang sedangkan rakyat tidak berhak untuk membuat undang-undang.

f.   Persamaan manusia di depan hukum. Maksudnya adalah dalam hukum, siapa pun  akan  menerima  hukuman  sesuai  dengan  perilakunya.  Tidak  ada  kata hukum tajam di bawah dan tumpul di atas.

g.  Persamaan dalam mendapatkan jabatan publik. Maksudnya adalah setiap orang memiliki hak untuk menjadi pejabat publik. Contohnya ketika Rasulullah memberikan jabatan panglima, gubernur dan jabatan-jabatan strategis lainnya pada banyak budak yang telah dimerdekakan seperti Zaid, Usamah bin Zaid, dan lainnya.

h.    Persamaan didasarkan pada kesatuan asal bagi manusia. Maksudnya adalahsetiap manusia dalam kedudukan sama di sisi Allah.


3.    Membiasakan Berperilaku Musāwah dalam Kehidupan Sehari-hari

Setelah mengetahui sikap beberapa prinsip musāwah dalam Islam. Kita dituntut untuk bersikap musāwah. Sebagai contoh sikap  musāwah dalam Islam yaitu,

1.   Islam datang dengan meningkatkan derajat wanita. Pada masa lampau, wanita dianggap sebagai harta yang dapat diperjual belikan. Setelah datangnya Islam, wanita dikembalikan pada fitrahnya.

2.   Ketika  seorang  Yahudi  menagih  hutang  yang  belum  jatuh  tempo  pada Rasulullah, dan ia menagihnya  dengan  kasar.  Ia  berkata,  “Sungguh kalian adalah orang-orang yang menunda-nunda hutang wahai Bani Abdil Mutthalib”. Lantas ketika Rasulullah melihat para sahabatnya marah atas perkataan  tersebut,  Rasulullah  bersabda, “Biarkan  dia,  karena  orang  yang mempunyai hak, punya hak bicara”

3.   Ketika Khalifah Umar Ra. mengirim surat kepada hakimnya Abu Musa al- Asy’ari yang berisi arahan tentang hukum persamaan hak antara manusia di hadapan  pengadilan.  Beliau  berkata,  “Samakan  antara  manusia  di hadapanmu, di majelismu, dan hukummu, sehingga orang lemah tidak putus asa dari keadilanmu, dan orang mulia tidak mengharap kecuranganmu.”

4.   Ketika  pengangkatan seorang pemuda, Usamah  bin Zaid  sebagai panglima pasukan umat Islam yang bersiap-siap untuk memerangi romawi.

" SELAMAT BELAJAR "




Tidak ada komentar